Rabu, 11 Januari 2012

Negara Kaya Yang Miskin


            Indonesia merupakan negara kepulauan besar yang memiliki kekayaan yang melimpah, dimulai dari kebudayaan yang terdapat di berbagai suku dari sabang sampai merauke, Sumber Daya Alam (SDA) yang melimpah yang tumpah ruah di seluruh daerah di tanah air Indonesia. Semua kekayaan alam dan bumi ada di Indonesia. Indonesia adalah negara kaya. Negara yang memiliki segalanya yang negara lain tidak memilikinya.

            Kekayaan Sumber Daya Alam seperti migas dan non-migas pun terdapat di Indonesia. Seperti contohnya melimpahnya kekayaan alam tambang emas, timah, tembaga, uranium, batubara dan lainnya. Sumber kekayaan Indonesia lainnya pun berasal dari kekayaan alam antara lain wisata bahari dengan pantai, laut, danau, teluk yang melimpah di Tanah Air Indonesia. Pesona kekayaan alam Indonesia lainnya pun tidak kalah menakjubkannya seperti Lembah, gunung, sawah, lautan, dan kawah. 

            Tanah Indonesia di kategorikan sebagai tanah yang subur. Semua biji-bijian, bibit dapat tumbuh di tanah Indonesia ini. Bahkan, segumpal biji yang di sebar secara tak beraturan ke lahan tanah di Indonesia pun dapat tumbuh dengan subur. Ini semua terjadi karena tanah Indonesia yang sangat subur itu.

            Indonesia pun memiliki gunung-gunung yang merupakan gunung berapi salah satunya yaitu, gunung Krakatau, gunung Merapi, dan gunung Semeru. Maka dari itu, Indonesia terkenal sebagai negara ring of fire di dunia.

            Dengan semua kekayaan yang tumpah ruah yang dimiliki oleh bangsa Indonesia itu menggambarkan bahwa negara Indonesia adalah sebuah negara kaya, negara mandiri yang tidak ketergantungan dengan apa yang dimiliki oleh bangsa lain. Akan tetapi, faktanya sampai saat ini Indonesia menjadi sebuah negara yang keadaannya dalam cengkraman bangsa lain. Sungguh ironi memang jika melihat kenyataan yang sesungguhnya yang terjadi di tanah air Indonesia ini. Karena dengan kekayaan dan Sumber Daya Alam yang melimpah dan tumpah ruah yang dimiliki oleh Indonesia, seharusnya negara besar ini menjadi negara maju, negara kaya dan negara yang besar dalam arti yang sesungguhnya.
      
            Besar yang berarti bukan besar tingkat korupsinya, besar tingkat kekerasannya, besar penyumbang polusi dan bukan terbesar lainnya yang mengarah ke arah negatif tentang bangsa ini. Semestinya bangsa Indonesia tidak menjadi negara yang selalu berada di bayang-bayang bangsa lain, terintimidasi, tereksploitasi dan tidak menjadi negara yang berada dalam kuasa asing.

            Bangsa Indonesia harus lepas dari bayang-bayang bangsa lain. Dominasi asing itulah yang sudah merasup di tubuh bangsa Indonesia dan membayangi di setiap kehidupan bangsa ini. Tidak hanya dalam penguasaan ekonomi akan tetapi, dalam bidang budaya dan gaya hidup pun bangsa Indonesia telah di rasupi oleh budaya asing seperti contohnya westernisasi style di kalangan pemuda Indonesia.

            Nilai-nilai barat pun merasupi di setiap kehidupan bangsa ini. Dari gaya hidup, perilaku, dan bahasa. Hal ini menyebabkan tercampurnya budaya dalam negeri dengan budaya luar negeri. Bahkan ironinya, budaya dalam negerilah yang lambat laun hilang terkikis oleh budaya yang telah tercampur itu. Dan budaya luar negerilah yang mendominasi semuanya.

            Kini sadar atau tidak bangsa Indonesia rakyatnya dari bangun hingga tidur di kuasai dan di dominasi oleh kuatnya pasar asing. Segala kehidupan hidup telah tergantung oleh produk asing dan mempercayai segala kualitas yang di buat oleh asing dibanding dengan produk yang di buat oleh dalam negeri. Ironinya lagi, kini kebanyakan dari bangsa Indonesia yang memakai produk asing merasa bangga memakai dan menggunakan produk asing tersebut. Bahkan, produk asing itu menjadi sebuah trend dan maskot yang menjadi sebuah kebanggaan untuk mengarah dan menyimbolkan ke arah manusia modern dan acuan global. 

            Kejadian sebaliknya pun terjadi kepada kebudayaan Indonesia yang sudah mulai di lupakan dan di tinggalkan. Seakan-akan kebudayaan yang dimiliki oleh Indonesia adalah sebuah kebudayaan yang tidak modern, primitif, ketinggalan zaman dan tidak global.

            Kini produk dalam negeri yang diciptakan oleh bangsa Indonesia sendiri menjadi seolah-olah tidak di perdulikan, di pandang sebelah mata, dan selalu di cap sebagai kualitas nomor dua setelah produk luar negeri. Hal ini sangat ironi memang, dikarenkan produk dalam negeri yang notabenenya adalah produk yang dibuat oleh bangsa Indonesia kini sejalannya waktu atas globalisasi yang terjadi menjadi tamu di negerinya sendiri dan tak menjadi raja di negerinya sendiri. 

            Hanya produk luar negerilah yang di agung-agungkan di tanah air Indonesia saat ini. Yang semestinya produk dalam negeri sudah menembus pasar mancanegara akan tetapi, hal ini tidak sama sekali terwujud karena untuk menembus pasar lokal pun produk dalam negeri masih sulit. Padahal notabenenya produk asing hanya menjadi tamu di negeri ini tetapi, produk luar negeri mampu merajai pasar domestik dan dapat menguasai pasar domestik dengan berada di posisi puncak yang seharusnya posisi itu di raih oleh produk dalam negeri.  

            Sesungguhnya semua ini terjadi dari rakyat Indonesia itu sendiri, pola pikir masyarakat Indonesialah  yang telah terbentuk selama ini mengenai lebih unggulnya produk luar negeri dari produk dalam negeri, karena lebih dapat menaikkan gengsi jika memakai produk luar negeri dengan berbagai alasan seperti produk luar lebih bermerek, mahal dan berkualitas. Oleh karena itu, semua ini akan terjadi atau tidaknya tergantung oleh rakyat dari suatu bangsanya sendiri.Bagaimana ia dapat dengan bangga mempertahankan kebudayaannya sendiri, bangga memakai produk produksi dari dalam negeri. 

            Dan janganlah setiap produsen selalu mengekspor setiap produk dalam negeri yang bagus dan di Tanah air Indonesia hanya mendapat produk yang berkualitas nomor dua sedangkan, produk yang berkualitas nomor 1 tersebut dikirim ke luar negeri dengan kualitas yang terbaik. 

            Dengan masih ketergantungannya bangsa ini terhadap bangsa asing, Indonesia seolah-seolah hilang tak memiliki identitas, identitas yang seharusnya dapat di jaga dengan baik dan di pertahankan dengan cara saksama dan sebaik-baiknya akan tetapi semua ini berjalan terbalik, tidak seimbang, tidak sesuai dengan apa yang di cita-citakan oleh bangsa ini yaitu menjadi negara yang maju, menjadi negara yang mandiri, tidak menjadi negara yang selalu bergantung dengan bangsa lain dan memiliki identias bangsa yang kokoh yang menjadikan sumber jati diri yang sesungguhnya.  

            Karena akibat yang ditimbulkan jika masyarakat Indonesia lebih mencintai produk luar negeri yaitu sektor perindustrian bangsa menjadi mati dan produsen-produsen dalam negeri akan mengalami penurunan pendapatan penjualan dan hal ini dapat mengarah ke bangkrutan perusahaan. Dengan bangkrutnya perusahaan tersebut juga dapat menimbulkan dampak negatif yaitu menambahnya jumlah pengangguran dari perusahaan yang telah bangkrut tersebut. Tentu jika hal ini terjadi akan sangat merugikan bangsa.

            Karena bangsa Indonesia tidak akan pernah maju, kalau rakyatnya saja tidak mau peduli. Dan bangsa Indonesia tidak akan besar dan tidak akan berkembang kalau masih ketergantungan dengan produk luar negeri atau asing.

Oleh:  Siti Nurhayatiih

Senin, 09 Januari 2012

Identitas Nasional yang Citranya Membaik di Beberapa Bidang

Karena blog kelompok penulis yang berjudul ‘Krisis Identitas Bangsa’, penulis di refleksi ini ingin menulis beberapa ‘brand’ atau merk di bidang teknologi dan fashion & style yang penulis kategorikan sebagai pembangun citra baik identitas bangsa di mata dalam negeri maupun luar negeri. Merk atau ‘brand’ yang penulis ingin ulas ini, adalah merk-merk yang bisa bergengsi di negeri sendiri maupun internasional. Penulis juga sudah merasakan kualitas dari beberapa dari merk-merk ini. Merk-merk ini juga bisa dibilang sebagai pembangun dan pemotivator dari inovasi-inovasi dalam teknologi maupun fashion.


Pertama, penulis ingin mengulas merk-merk atau  ‘brand’ di bidang fashion & lifestyle dan penulis ingin agar masyarakat Indonesia tahu, adalah sebagai berikut (Penulis mengulas berdasarkan pandangan penulis):


Pertama yaitu bernama Sixteen D’Scale. Ini adalah brand ‘distro’ pertama yang penulis pakai. Saat pertama penulis membeli jeans dari merk tersebut, yang penulis pikir yaitu ‘apakah merk jeans ini cukup terkenal? Berkualitaskah jeans ini?’. Karena waktu itu penulis belum tahu apa-apa tentang merk ini, jadi rasanya datar-datar saja ketika memakainya ke mana-mana. Lalu, ketika berada di kelas 12 SMA penulis bersama teman-teman sedang kumpul di suatu restoran di bilangan Cilandak. Mereka bilang bahwa ada salah satu merk pakaian dan celana dari Indonesia yang mereka bilang itu keren yaitu bernama Sixteen D’Scale. Sounds like merk baju-celana dari luar negeri memang. Tetapi setelah saya selidiki lebih dalam dengan melihat websitenya dan mendatangi tokonya, ternyata memang produk ini adalah buatan dalam negeri dan berasal dari Bandung, Jawa Barat. Penulis merasa bangga ketika mendengar produk ini sudah sampai kawasan Oceania tepatnya di Australia dan ada di berbagai negara di kawasan Asia.


Menurut penulis, celana jeans yang diperjualkan di gerai-gerai ‘distro’ di kawasan Tebet dan di daerah Bandung ini, mempunyai kualitas yang sama dengan jeans-jeans luar negeri yang dijual di Indonesia dan di luar negeri. Orang-orang Indonesia suka memakai produk-produk luar negeri  yang sifatnya nyaman dipakai dan bergengsi. Sehingga, menurut penulis, produk Indonesia ini muncul sebagai pesaing dari produk luar negeri tersebut. Merk ini tidak hanya memproduksi jeans, tetapi juga memproduksi t’shirt/kaos, kemeja, dll. Produk ini tidak hanya bermarkas di Bandung, tetapi mereka jug


Merk kedua yaitu bernama Petersaysdenim (PSD). Merk jeans ini awalnya penulis lihat di majalah anak muda yang bernama Hai. Lalu penulis coba telusur-telusur lewat internet, majalah dan berbagai ‘social media’, ternyata memang Petersaysdenim adalah brand jeans yang cukup terkenal di kalangan muda di Indonesia ini. Pemilik merk jeans ini bernama Peter (kurang tahu Peter siapa nama lengkapnya). Lebih lagi, produk ini sama seperti Sixteen D’Scale di atas, yaitu berasal dari Bandung. Produk ini juga sudah tembus pasar di Amerika Serikat. Rata-rata pembelinya adalah usia muda ke atas.


Di Indonesia, merk jeans ini selalu dipakai oleh para musisi/band yang rata-rata beraliran rock-punk seperti Superman is Dead, Killed by Butterfly, Rocket Rockers, Saint Loco, dll dan di Amerika pun produk ini dipakai dan di-endorse (official apparel) oleh sejumlah band rock terkenal di sana. Yang penulis tahu band yang di-endorse oleh PSD yaitu seperti A Rocket To The Moon (band beraliran rock-alternative yang terkenal lagunya yaitu “Like We Used To”) dan Everytime I Die (penulis kurang tahu genre apa yang diusung oleh band ini, yang penulis tahu band ini mengusung genre rock-punk).  Produk ini bermarkas hanya di Bandung. Untuk memperluas penjualan, mereka menerapkan system belanja ‘online’ sehingga para konsumen bisa mudah membeli PSD.


Lalu yang ketiga adalah J.CO Coffee & Donuts. J.CO Coffee & Donuts sepengetahuan penulis, membuka gerai pertamanya di Cilandak Town Square. Pada awalnya penulis mengira ini adalah salah satu kafe yang berasal dari luar negeri yang bermunculan lagi di negeri kita ini. Tetapi, ketika penulis melihat salah satu acara fashion & lifestyle di salah satu stasiun TV, pemilik dan pendirinya ini yaitu seorang Indonesia yang bernama Johnny Andrean.  Gerai-gerai J.CO sekarang mulai menyaingi gerai-gerai kafe luar negeri seperti Starbucks. Kehadiran J.Co di Indonesia terus menjamur. Gerai-gerai J.Co sudah bisa dijumpai di Singapore dan Malaysia. Anterian pembelian donat ini sering terjadi di kedua negara tersebut.


Yang keempat yaitu Jeans Lea. Seperti yang kita lihat di internet, TV, ataupun media lainnya, logo dari jeans ini adalah berwarna merah terus ada birunya yang menyerupai bendera Amerika Serikat. Lalu, jika kita selidiki lagi maka akan anda kaget jika produk ini adalah produk yang berasal dari Indonesia. Menurut penulis, kualitas jeans yang dihasilkan oleh produk ini sudah sejajar dengan jeans Levi’s Strauss yang terkenal. Sayangnya, merk ini kurang luas dikenal sekarang ini. Jeans ini berjaya pada masanya dalam meningkatkan produk lokal berkualitas.


Yang kelima yaitu BATIK. Batik adalah Indonesia. Itu adalah ‘quote’ yang sering penulis dengar. Ya memang betul, batik itu berasal dari Indonesia, lebih tepatnya dari Pekalongan. Batik sekarang telah menjadi setelan wajib bagi para pemuda-pemudi jika ingin bekerja ataupun ngampus. Batik menurut pandangan penulis sekarang ini berinovatif. Banyak batik yang bermotf variasi sehingga kita tidak bosan melihatnya. Perlu adanya usaha pengklaiman dari Batik hingga diakui negara-negara lainnya sebagai warisan budaya Indonesia.


Sekarang penulis akan mengulas beberapa produk di bidang teknologi yang menjadi pendongkrak citra Indonesia di mata nasional maupun Internasional.


Pertama yaitu produk baterai bernama ABC. ABC sudah penulis temui sejak kecil kalau lagi main remote kontrol atau mainan lainnya. Penulis kira ini adalah produk Indonesia yang hanya berdiam di dalam negeri. Ternyata, merk baterai ini sudah mendunia ada di 50 negara. Baterai ABC mempunyai kualitas yang tahan lama dalam soal baterai. Terutama baterai Alkaline yang menjadi bagian dari produk ABC, itu mempunyai kemampuan baterai yang ‘longlast’ sehingga tidak cepat habis dalam penggunaannya.


Kedua yaitu produk sepeda bernama Polygon. Sepeda ini sudah ada sejak penulis masih kecil. Namun tidak tahu apakah produk ini produk luar atau lokal. Setelah ditelisir, ternyata produk ini dibuat di Jawa Timur, Sidoarjo. Ini cukup mengejutkan karena Polygon sudah memproduksi  dan mengexpor sepedanya di tiga negara tetangga yaitu Australia, Singapore dan Malaysia.


Oleh:  Rafi Eranda

Kamis, 29 Desember 2011

KRISIS IDENTITAS BANGSA

dua wanita di atas merupakan salah satu contoh adanya krisis identitas nasional, walaupun men-tatto diri adalah sebuah seni, tapi itu merupakan kebudayaan bangsa barat.mungkin masuknya budaya budaya luar tidak mungkin untuk di hindari, tapi sebagai bangsa timur sebaiknya kita bisa menyaring budaya budaya yang pantas untuk kita kembangkan di daerah kita .

Rabu, 28 Desember 2011

KRISIS IDENTITAS BANGSA



Sumber :
Foto I : (http://media.vivanews.com/images/2011/11/25/133587_antrian-blackberry-di-pacific-place.jpg)
Foto II : (http://beritaekonomi.kiosgeek.com/wp-content/plugins/wp-o-matic/cache/c4c2e_133585_antrian-blackberry-di-pacific-place.jpg)
Foto III : (http://uniqpost.com/wp-content/uploads/2011/11/pingsan-ngantri.jpg)

Tiga foto di atas menunjukkan adanya krisis identitas dalam sikap. Tiga foto ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang konsumtif. Tidakkah anda tahu bahwa dunia internasional melihat sikap kita yang begini? Sikap kita inilah yang dimanfaatkan dunia global untuk menarik untung perusahaan-perusahaan luar negeri untuk mendapatkan untung

KRISIS IDENTITAS BANGSA

Sumber : www.google.com
Inilah yang mencoreng identitas bangsa Indonesia. Salah satu penyebab krisis identitas bangsa yaitu KORUPSI. Mengapa? Karena banyaknya kasus korupsi yang terjadi di Indonesia membuat orang merasa krisis karena Indonesia yang menjadi identitas mereka, tercoreng akibat perbuatan laknat ini. Banyaknya kasus korupsi membuat orang mencari identitas bangsa lain

KRISIS IDENTITAS BANGSA


Sumber : www.google.com

Kami tidak tahu apa maksud dari komunitas ini berpakaian ala punk Amerika. Beberapa orang dari beberapa komunitas yang kami temui menyatakan bahwa kaum punk adalah kaum yang mempunyai prinsip kebersamaan dan solidaritas yang tinggi. Mereka bisa tinggal di mana saja, di pinggir jalan, pinggir rel kereta, dll. Menurut kami, kelompok semacam ini merusak identitas bangsa karena 'attitude' mereka yang kurang sopan dan mereka butuh diberdayakan agar menjadi manusia yang lebih beradab

Rabu, 07 Desember 2011

KRISIS IDENTITAS BANGSA

Dimanakah keadilan untuk rakyat kecil ??




Sumber: Dokumentasi pribadi

Pertikaian mengenai sengketa lahan terhadap rakyat dengan pemerintah sungguh tiada henti-hentinya. Penggusuran yang dilakukan dengan berasaskan tidak adanya keadilan ini sungguh ironi. Pasalnya penggusuran yang dilakukan tidak pernah memberikan upah ganti terhadap apa yang telah di rugikan oleh rakyat. Penggusuran yang di lakukakan ini menutup sarana jalan warga yang menghambat akses jalan warga hanya untuk mementingkan pihak kapitalis yaitu pihak yang berkuasa dengan memiliki uang untuk menggusur jalanan demi terbangunnya sebuah bangunan yang megah.



                                                             Sumber:  Dokumentasi Pribadi